Uap tipis yang mengepul dari secangkir kopi kerap menjadi penanda kenikmatan. Banyak orang bahkan merasa minuman belum pas jika belum benar-benar panas.
Menurut Vincent Ho, Associate Professor sekaligus gastroenterolog klinis di Western Sydney University, kebiasaan mengonsumsi minuman bersuhu terlalu tinggi dapat berdampak serius pada kesehatan kerongkongan berdasarkan beberapa laporan studi.
"Yang menjadi masalah bukanlah kopi atau tehnya, melainkan suhu saat diminum. Minuman yang terlalu panas dapat melukai lapisan esofagus jika dikonsumsi berulang dalam jangka panjang," beber Ho, dikutip dari CNA.
Secara alami, kopi dan teh diseduh menggunakan air bersuhu sangat tinggi, bahkan mendekati titik didih. Dalam praktiknya, minuman panas, terutama yang dibeli secara takeaway sering disajikan pada suhu sekitar 90 derajat celcius agar tetap hangat saat diminum beberapa waktu kemudian.
Masalahnya, suhu tersebut jauh di atas batas aman untuk langsung dikonsumsi. Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) sebelumnya mengingatkan bahwa kebiasaan minum minuman di atas 65 derajat celcius dalam jangka panjang berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker esofagus.
Vincent Ho menjelaskan, panas berlebih dapat menyebabkan cedera mikro yang berulang pada dinding kerongkongan.
"Cedera panas yang terjadi terus-menerus bisa memicu proses peradangan kronis. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus," katanya.
Jadi, Berapa Suhu yang Aman?
Pertanyaan inilah yang kemudian mendorong para peneliti mencari titik tengah antara keamanan dan kenikmatan rasa. Sebuah studi di Amerika Serikat mencoba menghitung suhu ideal kopi yang tetap nikmat tanpa membahayakan esofagus.
Hasilnya cukup jelas yakni 57,8 derajat celcius.
Pada suhu ini, rasa dan aroma kopi masih terjaga, tetapi risiko cedera panas dapat ditekan secara signifikan. Angka tersebut juga berada jauh di bawah ambang batas 65 derajat celcius yang dinilai berisiko bila dikonsumsi rutin.
"Memberi waktu beberapa menit agar minuman mendingin bisa memberikan perlindungan nyata bagi esofagus, tanpa mengurangi kenikmatan minum kopi atau teh," kata Ho.
Kabar baiknya, mencegah risiko ini tidak memerlukan perubahan besar. Menurut Ho, yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan kebiasaan kecil dalam menikmati minuman panas.
Penelitian menunjukkan, suhu minuman panas dapat turun 10 hingga 15 derajat celcius hanya dalam lima menit. Menunggu sebentar sebelum meneguk bisa membuat perbedaan besar.
"Banyak orang terburu-buru minum saat minuman masih sangat panas. Padahal, menunggu sebentar adalah langkah sederhana yang sangat efektif," lanjut Ho.
Selain itu, membuka tutup gelas takeaway, mengaduk dan meniup minuman, atau menambahkan sedikit susu dan air dingin dapat membantu menurunkan suhu lebih cepat. Yang tak kalah penting, mulailah dengan tegukan kecil untuk menguji suhu sebelum minum lebih banyak.
Minuman panas memang memberi rasa nyaman, apalagi di tengah aktivitas padat. Namun, kenyamanan sesaat sebaiknya tidak mengorbankan kesehatan jangka panjang.
"Menikmati kopi atau teh seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan aman. Sedikit kesabaran, menunggu minuman mendingin, bisa membantu melindungi kerongkongan dalam jangka panjang," tutup Vincent.